Lanjut ke konten

KPK, Nasib Kini

1 November 2009
tags:

Beberapa saat ini memang lagi hot kabar mengenai permasalahan hukum ditubuh KPK. Bagaimana ngga bos-bosnya lagi pada dirundung masalah. Nasib suda jadi tukang bubur,, eehh…maaf, nasi sudah jadi bubur, karena semua sudah terjadi, kita tinggal menunggu babak selanjutnya saja.

Sebenarnya saya sebagai orang awam ingin berkomentar, tapi masalahnya kita tidak tau kejadian yang sebenarnya karena semua institusi yang terlibat masing-masing punya alibi. Kalo pun begitu jika di kemudian hari masing-masing institusi yang terlibat terbuka rahasianya, menurut saya jangan kemudian hari-lah karena itu bisa terlalu lama. Pertanyaannya, bisa ngga kasus ini cepat terungkap ?. Sepertinya sih akan lama, tapi kita tunggu ajalah (menunggu lagi).

Perahu negeriku, perahu bangsaku
menyusuri gelombang
semangat rakyatku, kibar benderaku
menyeruak lautan

langit membentang cakrawala di depan
melambaikan tantangan

di atas tanahku, dari dalam airku
tumbuh kebahagiaan
di sawah kampungku, di jalan kotaku
terbit kesejahteraan

tapi kuheran di tengah perjalanan
muncullah ketimpangan

aku heran, aku heran
yang salah dipertahankan
aku heran, aku heran
yang benar disingkirkan

perahu negeriku, perahu bangsaku
jangan retak dindingmu
semangat rakyatku, derap kaki tekadmu
jangan terantuk batu

tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan ambil sendiri
tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan makan sendiri

aku heran, aku heran
satu kenyang, seribu kelaparan
aku heran, aku heran
keserakahan diagungkan

Mengutip lagu dari Bapak Franky Sahilatua – Perahu Retak kembali mengingatkan kita bahwa kita mempunyai bangsa yang besar (perahu). Namun ternyata ‘benda’ yang besar ngga selamanya membawa kesejahteraan, ini sih sesuai dengan persamaan matematik “hasil pembagian dengan nilai pembilang besar maka peluang untuk mendapatkan hasil bagi yang besar sangat besar apalagi nilai penyebutnya semakin kecil”. Mungkin kira-kira demikianlah kondisi negeri kita saat ini. Kekayaan alam yang melimpah ruah ternyata hanya bisa dinikmati sebagian kecil rakyat saja, hmm…rakyat yang mana ??…no comment ah.

Ternyata sodara-sodara oknum itu benar-benar menggunakan prinsip persamaan matematik diatas, yang besar dibagi dengan sedikit orang biar hasilnya untuk per orang besar juga.

“aku heran satu kenyang, seribu kelaparan”

Pada akhirnya siapapun yang keluar sebagai pihak yang benar dari kasus di atas, saya hanya berharap : kesejahteraan rakyatlah yang perlu diperhatikan.


2 Komentar leave one →
  1. 13 Januari 2010 10:40 am

    Tulisannya sangat berbobot ..

    Slm kenal, terima kasih…

    • 19 Januari 2010 2:34 pm

      terimakasi atas pujjian n kunjungannya
      salam kenal jg

Tinggalkan komentar